Minggu, 15 November 2015

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI


Seorang pemuka agama mengunjungi seseorang yang dirawat dirumah sakit. Sesudah berbicara beberapa menit, lalu dia menerangkan bahwa dokter-dokter telah memberitahukannya bahwa si pasien hanya akan hidup antara setengah sampai satu tahun lagi. Selama waktu itu si pasien harus tinggal di rumah sakit. Makin lama makin hebat penderitaan dan perasaan sakitnya. Pasien ini mempunyai uang tabungan untuk istri dan empat orang anaknya. Kalau ia harus tinggal di rumah sakit, tentu uang itu akan habis, bahkan ia kemungkinan akan mempunyai hutang yang besar. Akhirnya ia berkata: "Jika saya tidak meminum obat saya, saya segera akan meninggak dalam waktu satu minggu. Obat yang harus saya minum adalah obat baru. Orang yang sakit seperti saya akan meninggal dengan cepat. Tetapi saya dan keluarga saya harus lama menderita. Kalau saya tidak minum obat tersebut, apakah saya berarti membunuh diri?". Bagaimana pemuka agama itu harus menjawab? Apa yang harus dilakukan pasien itu?

Dalam contoh diatas, dijelaskan bahwa keputusan yang harus diambil pasien diatas menyangkut pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan apa yang buruk. Setiap tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari, sesungguhnya didasari oleh keputusan yang diambilnya. Apabila keputusan-keputusan yang diambil merupakan keputusan yang rutin diambil, maka setiap tindakan seolah-olah dilakukan begitu saja secara alami tanpa perlu pertimbangan. Padahal itu tidaklah benar sepenuhnya. Di luar itu, sering kali seseorang dihadapkan pada permasalah yang perlu dipertimbangkan matang-matang sebelum mengambil keputusan. Terutama karena kita mempunyai berbagai keterbatasan. Konsep dasar dalam pengambilan keputusan akan dijelaskan pada tulisan dibawah ini.

A. DEFINISI DAN DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambilan keputusan adalah salah satu tindakan pemilihan alternatif. Pengambilan keputusan sangat berkaitan dengan fungsi manajemen. Misalnya, saat seorang manajer merencanakan, mengelola, dan mengontrol, mereka membuat keputusan tertentu. Pelopor teori manajemen, Fayol dan Urwick, membahas pengambilan keputusan dimana mengenai pengaruhnya pada delegasi dan kewenangan, kemudian Bapak Manajemen - Frederick W Taylor hanya menyinggung metode ilmiah sebagai pendekatan untuk pengambilan keputusan. Pada teori organisasi modern, analisis awal untuk pengambilan keputusan dapat ditelusuri pada Chester Bernard. Dalam The Functions of the Exec, Bernard memberikan analisis mengenai pengambilan keputusan yang menyatakan
"Proses keputusan ... merupakan teknik untuk mempersempit pilihan. " - Chester Bernard
Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan suatu solusi final. Dimana outputnya dapat berupa suatu action (aksi) atau dapat juga berupa suatu opinion terhadap solusi tersebut.

Beberapa ahli mnegemukakan Definisi Pengambilan Keputusan diantaranya:

A. Menurut George R. Terry, pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.

B. Menurut Sondang P. Siagian, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat.

C. Menurut James A. F. Stoner, pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

Dari beberapa pendapat dan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa suatu pengambilan keputusan adalah suatu cara penerapan ilmu dan teknologi yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat, opini, ataupun solusi yang dapat memberikan penyelesaian suatu masalah dengan menggunakan teknik pemecahan masalah tertentu dan ditujukan untuk dapat diterima semua pihak agar goal organisasi terealisasi.



Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar pendekatan dari pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu :
  1. Intuisi, Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh.
  2. Pengalaman, Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi, peristiwa yang lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.
  3. Fakta, Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
  4. Wewenang, Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya.
  5. Logika/Rasional, Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan secara logika terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
  6. Kejelasan masalah.

Orientasi Tujuan : Kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.
Pengetahuan Alternatif : Seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya.
Preferensi Yang Jelas : Alternatif bisa diurutkan sesuai criteria.
Hasil Maksimal : Pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal.

B.  JENIS-JENIS KEPUTUSAN ORGANISASI


Dalam perusahaan besar, every single of decision which created by the management sangatlah krusial dan menentukan berhasil atau tidaknya suatu perusahaan mencapai tujuannya. Keputusan-keputusan dalam suatu organisasi terdapat beberapa jenis yang dalam saat tertentu dipakai dalam menentukan keputusan. Jenis keputusan dalam suatu orgaisasi dapat digolongkan berdasarkan banyaknya waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan tersebut. Keputusan harus dapat melibatkan seluruh elemen dalam organisasi. Baik elemen yang membuat keputusan itu bekerja dan elemen dimana keputusan tersebut diputusan.

Secara garis besar jenis keputusan berdasarkan banyaknya waktu yang diperlukan terbagi menjadi dua bagian yaitu :

  • Keputusan Rutin, Keputusan Rutin adalah Keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang serta biasanya telah dikembangkan untuk mengendalikannya.
  • Keputusan Tidak Rutin, Keputusan tidak Rutin adalah Keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak bersifat rutin.


Secara umum jenis pengambilan keputusan dapat dikategorikan dalam dua bentuk, yakni keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram (Siagian, 1987:25-26; Salusu, 1996:63).

  • Keputusan Terprogram, Keputusan terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang berlangsung berulang kali dan diambil secara rutin dalam organisasi. Keputusan terprogram biasanya menyangkut pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi.
  • Keputusan Tidak Terprogram, Keputusan tidak terprogram muncul sebagai akibat dari suatu situasi di mana ada suatu kemendesakan untuk segera mengambil tindakan dan memecahkan masalah yang timbul. Biasanya keputusan ini bersifat repetitif, tidak terstruktur dan sukar mengenali bentuk, hakekat dan dampaknya.


C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Menurut Terry (1989), faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan sebagai berikut:

A. Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.

B. Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.

C. Setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain

D. Jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan.

E. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik.

F. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang  cukup lama.

G. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik.

H. Setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul dan

I. Setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.

Kemudian terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan.

A. Fisik, Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.

B. Emosional, Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.

C. Rasional, Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.

D. Praktikal, Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.

E. Interpersonal, Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.

F. Struktural, Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

D. IMPLIKASI MANAJERIAL

Teori Managerial Grid
Teori dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang membedakan dua dimensi dalam kepemimpinan, yaitu “concern for people” dan “concern for production”. Pada dasarnya teori managerial grid ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang didasarkan atas dua aspek tersebut, yaitu :
  1. Improvised artinya pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan tugas tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan organisasi.
  2. Country Club artinya kepemimpinann didasarkan kepada hubungan informal antara individu artinya perhatian akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan suasana organisasi dan tempo kerja yang nyaman dan ramah.
  3. Team yaitu kepemimpinan yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi tergantung kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian dan komitmen. Tekanan untama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling memerlukan. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan penghargaan.
  4. Task artinya pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai factor utama keberhasilan organisasi. Penampilan terletak pada penampilan individu dalam organisasi.
  5. Midle Road artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan antara tugas dan hubungan manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang mencukupi dimungkinkan melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan memelihara moral individu pada tingkat yang memuaskan.


Komunikasi Organisasi

Dalam system komunikasi organisasi, partisipatif telah menggunakan komunikasi dua arah, yaitu system atau pola komunikasi yang akan menghasilkan umpan balik secara langsung dari komunikan untuk dijadikan evaluasi. Pemimpin akan sering berkomunikasi dengan bawahan dalam merumuskan hal-hal yang dapat dirumuskan dengan bawahan. Hal ini menunjukkan bahwa komuniksai harus berfungsi juga sebagai persuatif dan regulative. Kepemimpinan situasional memungkinkan seorang pemimpin melaksanakan kepemimpinannya sesuai dengan kondisi yang terjadi. Untuk komunikasi satu arah seperti Telling, mengharuskan pemimpin untuk lebih banyak mengarahkan, hal ini dilakukan agar tugas yang dilaksanakan sesuai dengan alur atau tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi satu arah akan mengalami kesulitan dalam menerima umpan balik sebagai evaluasi bagi organisasi. Terkadang dengan komunikasi satu arah, kondisi kerja akan terasa kaku karena bersifat formal.

Dalam kepemimpinan situsional yang dikembangkan menjadi empat bagian, membutuhkan komunikasi karena pada dasarnya kepemimpinan mempengaruhi orang. Dalam kepemimpinn ini, Delegating dengan tugas dan perilaku yang rendah menjdi aspek yang paling disukai apabila bawahan memiliki tingkat kesiapan yang tinggi, karena ada kebebasan dan kepercayaan dari pemimpin untuk berpartisipasi.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Ahmad Kurnia, SPd,MM, PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PERILAKU ORGANISASI, http://teknikkepemimpinan.blogspot.com/2013/07/pengambilan-keputusan-dalam-perilaku.html. Diakses pada Minggu, 11 Mei 2014, pukul 08.45 WIB.
2.      Hasal Ismail, BAB 5 dan 6 DEFINISI dan DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN, http://hasanismail25.wordpress.com/2013/05/15/bab-5-dan-6-definisi-dan-dasar-pengambilan-keputusan/. Diakses pada Minggu, 11 Mei 2014, pukul 09.50 WIB.
3.      Stephen P.Robbins. Timothy A.Judge, Perilaku Organisasi, Edisi 12, Buku 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta:2008.
4.      Kenneth C.Laudon. Jane P.Laudon, SISTEM INFORMASI MANAJEMEN, Edisi 10, Buku 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta:2008.
5.      AH Pohan, Be A Smart Leader: Rahasia di Balik Keputusan CEO dan Manajer Hebat, Penerbit Pustaka Grhatama(Anggota Ikapi), Jogjakarta:2010.
6.      Malcom Brownlee, PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS DAN FAKTOR-FAKTOR DI DALAMNYA -- Cet. 12, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta: Gunung Mulia, 2006.
7.      Nachrowi Djalan Nachrowi, PhD. Hardius Uman, Msi, TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN, Grasinda Gramedia Indonesia.

8.      Lastiko Runtuwene, S.Ag, M.Pd,  Jurnal: KEPEMIMPINAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PARTISIPATIF DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN-SEKOLAH. http://sulut.kemenag.go.id/file/file/Katolik/xcjq1363633187.pdf. Diakses pada Minggu, 11 Mei 2014, pukul 12.03 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar