Seorang pemuka agama
mengunjungi seseorang yang dirawat dirumah sakit. Sesudah berbicara beberapa
menit, lalu dia menerangkan bahwa dokter-dokter telah memberitahukannya bahwa
si pasien hanya akan hidup antara setengah sampai satu tahun lagi. Selama waktu
itu si pasien harus tinggal di rumah sakit. Makin lama makin hebat penderitaan
dan perasaan sakitnya. Pasien ini mempunyai uang tabungan untuk istri dan empat
orang anaknya. Kalau ia harus tinggal di rumah sakit, tentu uang itu akan
habis, bahkan ia kemungkinan akan mempunyai hutang yang besar. Akhirnya ia
berkata: "Jika saya tidak meminum obat saya, saya segera akan meninggak
dalam waktu satu minggu. Obat yang harus saya minum adalah obat baru. Orang
yang sakit seperti saya akan meninggal dengan cepat. Tetapi saya dan keluarga
saya harus lama menderita. Kalau saya tidak minum obat tersebut, apakah saya
berarti membunuh diri?". Bagaimana pemuka agama itu harus menjawab? Apa
yang harus dilakukan pasien itu?
Dalam contoh diatas,
dijelaskan bahwa keputusan yang harus diambil pasien diatas menyangkut
pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan apa
yang buruk. Setiap tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari, sesungguhnya
didasari oleh keputusan yang diambilnya. Apabila keputusan-keputusan yang
diambil merupakan keputusan yang rutin diambil, maka setiap tindakan
seolah-olah dilakukan begitu saja secara alami tanpa perlu pertimbangan.
Padahal itu tidaklah benar sepenuhnya. Di luar itu, sering kali seseorang
dihadapkan pada permasalah yang perlu dipertimbangkan matang-matang sebelum
mengambil keputusan. Terutama karena kita mempunyai berbagai keterbatasan.
Konsep dasar dalam pengambilan keputusan akan dijelaskan pada tulisan dibawah
ini.
A. DEFINISI DAN DASAR PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan adalah salah satu tindakan
pemilihan alternatif. Pengambilan keputusan sangat berkaitan dengan fungsi
manajemen. Misalnya, saat seorang manajer merencanakan, mengelola, dan
mengontrol, mereka membuat keputusan tertentu. Pelopor teori manajemen, Fayol
dan Urwick, membahas pengambilan keputusan dimana mengenai pengaruhnya pada
delegasi dan kewenangan, kemudian Bapak Manajemen - Frederick W Taylor hanya menyinggung
metode ilmiah sebagai pendekatan untuk pengambilan keputusan. Pada teori
organisasi modern, analisis awal untuk pengambilan keputusan dapat ditelusuri
pada Chester Bernard. Dalam The Functions of the Exec, Bernard memberikan
analisis mengenai pengambilan keputusan yang menyatakan
"Proses keputusan ... merupakan teknik untuk
mempersempit pilihan. " - Chester Bernard
Setiap proses pengambilan keputusan selalu
menghasilkan suatu solusi final. Dimana outputnya dapat berupa suatu action
(aksi) atau dapat juga berupa suatu opinion terhadap solusi tersebut.
Beberapa ahli mnegemukakan Definisi Pengambilan
Keputusan diantaranya:
A. Menurut George R. Terry, pengambilan keputusan
adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif
yang ada.
B. Menurut Sondang P. Siagian, pengambilan keputusan
adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang
dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan
yang paling cepat.
C. Menurut James A. F. Stoner, pengambilan keputusan
adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara
pemecahan masalah.
Dari beberapa pendapat dan definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa suatu pengambilan keputusan adalah suatu cara penerapan ilmu dan
teknologi yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat, opini, ataupun solusi
yang dapat memberikan penyelesaian suatu masalah dengan menggunakan teknik
pemecahan masalah tertentu dan ditujukan untuk dapat diterima semua pihak agar
goal organisasi terealisasi.
Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan
dasar-dasar pendekatan dari pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu :
- Intuisi, Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh.
- Pengalaman, Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi, peristiwa yang lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.
- Fakta, Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
- Wewenang, Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya.
- Logika/Rasional, Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan secara logika terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
- Kejelasan masalah.
Orientasi Tujuan : Kesatuan pengertian tujuan yang
ingin dicapai.
Pengetahuan Alternatif : Seluruh alternatif diketahui
jenisnya dan konsekuensinya.
Preferensi Yang Jelas : Alternatif bisa diurutkan
sesuai criteria.
Hasil Maksimal : Pemilihan alternatif terbaik
didasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal.
B. JENIS-JENIS KEPUTUSAN ORGANISASI
Dalam perusahaan besar, every single of decision which
created by the management sangatlah krusial dan menentukan berhasil atau tidaknya
suatu perusahaan mencapai tujuannya. Keputusan-keputusan dalam suatu organisasi
terdapat beberapa jenis yang dalam saat tertentu dipakai dalam menentukan
keputusan. Jenis keputusan dalam suatu orgaisasi dapat digolongkan berdasarkan
banyaknya waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan tersebut. Keputusan
harus dapat melibatkan seluruh elemen dalam organisasi. Baik elemen yang
membuat keputusan itu bekerja dan elemen dimana keputusan tersebut diputusan.
Secara garis besar jenis keputusan berdasarkan
banyaknya waktu yang diperlukan terbagi menjadi dua bagian yaitu :
- Keputusan Rutin, Keputusan Rutin adalah Keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang serta biasanya telah dikembangkan untuk mengendalikannya.
- Keputusan Tidak Rutin, Keputusan tidak Rutin adalah Keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak bersifat rutin.
Secara umum jenis pengambilan keputusan dapat
dikategorikan dalam dua bentuk, yakni keputusan terprogram dan keputusan tidak
terprogram (Siagian, 1987:25-26; Salusu, 1996:63).
- Keputusan Terprogram, Keputusan terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang berlangsung berulang kali dan diambil secara rutin dalam organisasi. Keputusan terprogram biasanya menyangkut pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi.
- Keputusan Tidak Terprogram, Keputusan tidak terprogram muncul sebagai akibat dari suatu situasi di mana ada suatu kemendesakan untuk segera mengambil tindakan dan memecahkan masalah yang timbul. Biasanya keputusan ini bersifat repetitif, tidak terstruktur dan sukar mengenali bentuk, hakekat dan dampaknya.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI YANG
MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Menurut Terry (1989), faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam mengambil keputusan sebagai berikut:
A. Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang
emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
B. Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan
bahan untuk mencapai tujuan organisasi.
C. Setiap keputusan janganlah berorientasi pada
kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain
D. Jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan.
E. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental.
Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik.
F. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan
waktu yang cukup lama.
G. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk
mendapatkan hasil yang baik.
H. Setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat
diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul dan
I. Setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan
dari serangkaian kegiatan berikutnya.
Kemudian terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi
pengambilan keputusan.
A. Fisik, Didasarkan pada rasa yang dialami pada
tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan
menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih
tingkah laku yang memberikan kesenangan.
B. Emosional, Didasarkan pada perasaan atau sikap.
Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
C. Rasional, Didasarkan pada pengetahuan orang-orang
mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
D. Praktikal, Didasarkan pada keterampilan individual
dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan
dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
E. Interpersonal, Didasarkan pada pengaruh jaringan
sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi
tindakan individual.
F. Struktural, Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi
dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik
suatu tingkah laku tertentu.
D. IMPLIKASI MANAJERIAL
Teori Managerial Grid
Teori dikemukakan oleh
Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang membedakan dua dimensi dalam
kepemimpinan, yaitu “concern for people” dan “concern for production”. Pada
dasarnya teori managerial grid ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang
didasarkan atas dua aspek tersebut, yaitu :
- Improvised artinya pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan tugas tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan organisasi.
- Country Club artinya kepemimpinann didasarkan kepada hubungan informal antara individu artinya perhatian akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan suasana organisasi dan tempo kerja yang nyaman dan ramah.
- Team yaitu kepemimpinan yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi tergantung kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian dan komitmen. Tekanan untama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling memerlukan. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan penghargaan.
- Task artinya pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai factor utama keberhasilan organisasi. Penampilan terletak pada penampilan individu dalam organisasi.
- Midle Road artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan antara tugas dan hubungan manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang mencukupi dimungkinkan melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan memelihara moral individu pada tingkat yang memuaskan.
Komunikasi Organisasi
Dalam system komunikasi
organisasi, partisipatif telah menggunakan komunikasi dua arah, yaitu system
atau pola komunikasi yang akan menghasilkan umpan balik secara langsung dari
komunikan untuk dijadikan evaluasi. Pemimpin akan sering berkomunikasi dengan
bawahan dalam merumuskan hal-hal yang dapat dirumuskan dengan bawahan. Hal ini
menunjukkan bahwa komuniksai harus berfungsi juga sebagai persuatif dan
regulative. Kepemimpinan situasional memungkinkan seorang pemimpin melaksanakan
kepemimpinannya sesuai dengan kondisi yang terjadi. Untuk komunikasi satu arah
seperti Telling, mengharuskan pemimpin untuk lebih banyak mengarahkan, hal ini
dilakukan agar tugas yang dilaksanakan sesuai dengan alur atau tujuan yang
telah ditetapkan. Komunikasi satu arah akan mengalami kesulitan dalam menerima
umpan balik sebagai evaluasi bagi organisasi. Terkadang dengan komunikasi satu
arah, kondisi kerja akan terasa kaku karena bersifat formal.
Dalam kepemimpinan
situsional yang dikembangkan menjadi empat bagian, membutuhkan komunikasi
karena pada dasarnya kepemimpinan mempengaruhi orang. Dalam kepemimpinn ini,
Delegating dengan tugas dan perilaku yang rendah menjdi aspek yang paling
disukai apabila bawahan memiliki tingkat kesiapan yang tinggi, karena ada
kebebasan dan kepercayaan dari pemimpin untuk berpartisipasi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ahmad Kurnia, SPd,MM, PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DALAM PERILAKU ORGANISASI, http://teknikkepemimpinan.blogspot.com/2013/07/pengambilan-keputusan-dalam-perilaku.html.
Diakses pada Minggu, 11 Mei 2014, pukul 08.45 WIB.
2.
Hasal Ismail, BAB 5 dan 6 DEFINISI dan
DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN, http://hasanismail25.wordpress.com/2013/05/15/bab-5-dan-6-definisi-dan-dasar-pengambilan-keputusan/.
Diakses pada Minggu, 11 Mei 2014, pukul 09.50 WIB.
3.
Stephen P.Robbins. Timothy A.Judge,
Perilaku Organisasi, Edisi 12, Buku 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta:2008.
4.
Kenneth C.Laudon. Jane P.Laudon, SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN, Edisi 10, Buku 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta:2008.
5.
AH Pohan, Be A Smart Leader: Rahasia di
Balik Keputusan CEO dan Manajer Hebat, Penerbit Pustaka Grhatama(Anggota
Ikapi), Jogjakarta:2010.
6.
Malcom Brownlee, PENGAMBILAN KEPUTUSAN
ETIS DAN FAKTOR-FAKTOR DI DALAMNYA -- Cet. 12, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta:
Gunung Mulia, 2006.
7.
Nachrowi Djalan Nachrowi, PhD. Hardius
Uman, Msi, TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN, Grasinda Gramedia Indonesia.
8.
Lastiko Runtuwene, S.Ag, M.Pd, Jurnal: KEPEMIMPINAN DAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN PARTISIPATIF DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN-SEKOLAH.
http://sulut.kemenag.go.id/file/file/Katolik/xcjq1363633187.pdf. Diakses pada
Minggu, 11 Mei 2014, pukul 12.03 WIB.